Viral! Bayi Meninggal Karena Sleep Training? Simak Penjelasan Berikut!

Baru-baru ini, media sosial dihebohkan oleh sebuah video tragis tentang bayi berusia empat bulan yang meninggal dunia setelah dibiarkan menangis selama dua jam di crib bayi. Kejadian ini terjadi karena orang tua bayi ingin menerapkan metode sleep training dan hanya memantau bayi melalui CCTV dari kamar bayi. Sang ibu mengira bayinya sudah tertidur karena tangisannya berhenti, tetapi kenyataannya bayi tersebut sudah tidak bernyawa saat diperiksa.
Kematian bayi yang mendadak ini menjadi perhatian banyak pihak, terutama karena dikaitkan dengan sudden infant death syndrome (SIDS). SIDS, yang juga disebut crib death, adalah kematian mendadak dan tidak terduga pada bayi sehat di bawah usia satu tahun yang tidak dapat dijelaskan meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Kejadian ini sering terjadi saat bayi sedang tidur.
Faktor Risiko SIDS yang Perlu Diketahui
Para
ahli kesehatan mengidentifikasi beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
SIDS, antara lain:
1. Posisi Tidur: Posisi tidur menyamping
atau telungkup dapat menyebabkan bayi kesulitan bernapas, terutama jika tidur
di atas kasur yang terlalu empuk.
2.
Suhu Ruangan: Suhu yang terlalu panas
saat bayi tidur dipercaya dapat meningkatkan risiko SIDS.
3. Tidur Bersama di Ranjang yang Sama: Tidur di ranjang yang sama dengan orang tua atau pengasuh berisiko membuat pernapasan bayi terhalang atau bayi tertindih secara tidak sengaja.
Bagaimana
Cara Aman Menerapkan Sleep Training?
Bagi
orang tua yang ingin menerapkan *sleep training*, penting untuk melakukannya
dengan aman dan sesuai panduan medis. Berikut adalah beberapa tips yang dapat
membantu:
1.
Konsultasi dengan Dokter Anak: Sebelum
memulai *sleep training*, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter anak untuk
memastikan metode yang digunakan sesuai dengan kebutuhan bayi.
2.
Pilih Metode Sleep Training yang Tepat:
a.
Metode Ferber: Orang tua membiarkan bayi
menenangkan diri sendiri dengan melakukan pemeriksaan berkala dalam interval
waktu yang meningkat.
b.
Metode Cry-It-Out (CIO): Bayi dibiarkan
tertidur sendiri tanpa intervensi dari orang tua. Namun, metode ini harus
dilakukan dengan sangat hati-hati dan tidak dianjurkan untuk bayi yang masih
sangat kecil.
3.
Perhatikan Usia Bayi: Sleep training
biasanya dianjurkan untuk bayi berusia di atas 4-6 bulan, karena pada usia ini
pola tidur bayi mulai lebih teratur.
4.
Ciptakan Lingkungan Tidur yang Aman:
a.
Letakkan bayi tidur telentang di atas kasur yang
keras tanpa bantal, selimut tebal, atau mainan.
b.
Pastikan suhu ruangan nyaman, tidak terlalu
panas atau dingin.
c.
Hindari berbagi tempat tidur dengan bayi untuk
mencegah risiko kecelakaan.
5.
Respon Tangisan Secara Bijak: Jika bayi
menangis terus-menerus dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan tenang, segera
dekati dan tenangkan bayi. Jangan memaksakan metode sleep training jika
bayi tampak tidak nyaman atau stres.
Pentingnya
Kesadaran dan Edukasi Orang Tua
Hasil
penelitian memang menunjukkan bahwa sleep training dapat membantu bayi
belajar tidur mandiri, tetapi pelaksanaannya membutuhkan edukasi dan pemahaman
yang tepat. Orang tua harus memastikan bahwa mereka memahami setiap metode yang
akan diterapkan dan memprioritaskan keselamatan bayi. Jangan ragu untuk meminta
bantuan dari dokter atau tenaga kesehatan profesional.
Kesimpulan
Tragedi
ini menjadi pengingat penting bagi semua orang tua untuk selalu memprioritaskan
keamanan bayi dalam segala aspek pengasuhan, termasuk dalam penerapan sleep
training. Pastikan untuk mengikuti panduan yang sesuai, menciptakan
lingkungan tidur yang aman, dan selalu memantau bayi dengan penuh perhatian.
Bagi para orang tua yang ingin mencoba sleep training, jadikan konsultasi dengan dokter anak sebagai langkah awal yang wajib dilakukan. Keselamatan dan kenyamanan bayi selalu menjadi yang utama, karena tidak ada metode yang lebih penting daripada perhatian dan kasih sayang orang tua dalam merawat buah hati
Penulis: Bd. Qatrunnada Naqiyyah Khusmitha, S.Keb, M.K